Senin, Mei 13, 2013

Pentingnya pembangunan industri sawit


pentingnya pembangunan industri sawit di indonesia


Industri hilir sawit perlu untuk dikembangkan. Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, potensi sawit Indonesia sangatlah besar. Sayangnya sebesar 80% dari total produksi lebih ditujukan untuk kebutuhan ekspor. Sebagai perbandingan, industri hilir Indonesia masih tertinggal dibanding Malaysia. Pada tahun 2008 hampir 80% ekspor produk sawit Malaysia merupakan produk olahan industri hilir. Sisanya diekspor dalam bentuk CPO. Sedangkan Indonesia masih mengekspor produk sawit sebesar 80% dengan komposisi CPO sebesar 60% dan turunannya hanya 40%. Dari produksi CPO dunia tahun 2008 sebanyak 42,9 juta ton, Indonesia menyuplai 19,1 juta ton sedangkan Malaysia sejumlah 17,735 juta ton. Bila dimaksimalkan untuk kebutuhan dalam negeri, peluang untuk berkembang sangatlah besar. Abetnego Tarigan selaku Direktur Eksekutif Sawit Watch menjabarkan tiga peluang yang dimiliki Indonesia. Menurut Abetnego, pengembangan industri hilir sawit sangatlah menguntungkan. Peluang pertama adalah penduduk Indonesia yang besar dan masuk keempat terbesar di dunia. Saat ini jumlah penduduk Indonesia berjumlah 225 juta jiwa dan jelas ini adalah potensi yang besar. Kemudian adalah masih tingginya pasar consumer good di Indonesia yang merupakan produk hilir dari sawit. Hal ini terlihat dari beragamnya perusahaan penyedia consumer good seperti Unilever, Nestle, P&G, dan Johnson ‘n Johnson yang didominasi perusahaan asing namun memiliki konsumen yang loyal. Produk mereka dapat dilihat pada sabun, minyak goreng, margarin, es krim, hingga kosmetik. Peluang lainnya adalah pasar domestik . Hal ini terjadi karena volume perdagangan domestik yang relatif masih besar. Ketika krisis ekonomi global terjadi, Indonesia relatif tidak begitu terkena imbasnya karena tidak terlalu tergantung pada produk luar. Peluang ini mensyaratkan bahwa jika pasar sawit dalam negeri dikembangkan akan membuat Indonesia mandiri. Meskipun peluang bagi pengembangan industri hilir sangatlah besar, Abetnego mensyaratkan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk mengembangkan industri ini. Hingga saat ini pola pikir yang menganggap pasar untuk industri hilir sudah didominasi oleh perusahaan besar masih dominan. “Orang berpikir betapa sulitnya menyaingi Unilever sebagai perusahaan besar yang mempunyai produk dari sawit. Sehingga mereka berpikir akan lebih baik menjual produk mentah sawit. Peluang dan teknologi yang diperlukan tidaklah terlalu rumit dibandingkan industri pengolahan,” tuturnya. Seharusnya hal ini bisa disiasati dengan membuat perencanaan pembangunan yang lebih ditujukan untuk kebutuhan lokal. Selama ini disain pembangunan Indonesia disusun untuk bersaing dalam pasar bebas dan ekspor. Sedangkan pasar lokal masih belum menjadi prioritas yang penting untuk digarap dan berpotensial untuk dikembangkan. Salah satu usaha yang dilakukan Abetnego adalah dengan mengusulkan kepada bank untuk pemberian kredit. Mekanisme yang diusulkan adalah dengan memberikan bunga yang lebih tinggi bagi kredit perkebunan dibandingkan dengan kredit bagi industri hilir. Diharapkan orang akan lebih tertarik mengembangkan industri hilir. Namun hal ini kembali lagi kepada komitmen politik pemerintah karena dalam konteks global, purchasing power negara utara masih lebih besar. Sehingga upaya masyarakat juga perlu didukung serius oleh pemerintah. (RR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar